Analisis Keberlanjutan Usaha Sapi Perah di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang

Thursday, February 09, 2012 07:42 WIB

Analisis Keberlanjutan Usaha Sapi Perah di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang

 

Dr. Ir. Adi Sutanto, MM dan Ir. Listiari Hendraningsih, MP

RINGKASAN

            Tingginya populasi sapi di Kabupaten Malang menyebabkan kebutuhan pakan yang tinggi pula. Fluktuasi pakan, baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan masalah utama yang dihadapi oleh peternak sapi di Jawa Timur termasuk di Kabupaten Malang..

            Daya tampung ternak suatu wilayah pada hakikatnya adalah jumlah ternak yang mampu dipelihara oleh rumah tangga petani yang ada di wilayah tersebut. Jumlah ternak yang mampu dipelihara oleh suatu rumah tangga, yang selanjutnya disebut dengan KPT (Kemampuan Pemeliharaan Ternak), ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu: (a) ketersediaan tenaga kerja untuk pengelolaan ternak; (b) tingkat kesulitan dalam pengelolaan ternak; serta (c) kemauan petani itu sendiri untuk memelihara ternak. Hanya saja untuk menghitung secara kuantitatif besaran ketiga faktor diatas sangat rumit sehingga perlu dicarikan suatu pendekatan indikatif dengan menganalisis beberapa variabel yang memiliki hubungan erat dengan ketiga faktor penentu diatas. Hal ini dalam bidang pertanian merupakan konsepsi pertanian berkelanjutan, analisis keberlanjutan usaha sapi perah ini dititik beratkan pada bagaimana dimensi ekologi dan pembibitan, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan.

            Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dimensi ekologi dan pembibitan, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak yang tergabung dalam koperasi yang bersangkutan menangani kegiatan agribisnis ternak.           Penentuan jumlah peternak sampel diditetapkan minimal 10 % (Yamane, 1979) dari total peternak yang ada di daerah penelitian. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 peternak sapi perah yang dipilih secara purposif random sampling. Penelitian pendahuluan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan ke desa lokasi penelitian sekaligus untuk menyusun atau memperbaiki daftar pertanyan definitif.  Mencari dan mendidik pewawancara membantu penelitian sekaligus melengkapi administrasi penelitian ke lapangan. Penelitian yang sebenarnya dilaksanakan selama satu bulan untuk mendapatkan data dengan berpedoman pada daftar pertanyan yang telah ada serta wawancara yang mendalam. Dalam penelitian ini dilakukan analisis yang didasarkan pada pola tujuan penelitian yang dikembangkan. Pendekatan analisisnya dilakukan dengan analisis diskriptif, model analisis diskriptif digunakan untuk menggambarkan secara diskriptif perkembangan usaha dan anggotanya dalam mengembangkan agribisnis ternak secara berkelanjutan.

Hasil penelitian keberlanjutan usaha sapi perah di daerah penelitian menunjukkan kondisi yang relative sedang, secara rinci ditunjukkan bahwa a) Pada aspek ekologi dan pembibitan, indikator kesesuaian agroklimat, luas lahan untuk tanaman komoditas lain, dan pengelolaan lahan untuk lingkunngan dapat dikategorikan tinggi, yang berarti tidak menimbulkan persoalan.b) Indikator keberlajutan dalam dimensi ekonomi secara rata-rata mempunyai kategori sedang yang berarti bahwa usaha sapi perah yang dikembangkan masyarakat peternak tidak terlalu kondusif untuk menciptakan system agribisnis yang berdaya saing tinggi, yang mampu merespon dinamika pasar secara efektif dan efisien. c). Ditinjau dalam dimensi social budaya walaupun tingkat pendidikan masyarakat relative rendah (berkategori rendah) dan umur responden sebagian besar usia lanjut (kategori rendah) akan tetapi dimensi-dimensi lain yang menyangkut alokasi waktu untuk usaha ternak, akses dan pandangan masyarakat, peran dan pola hubungan masyarakat dalam kegiatan usaha sapi perah terkategori tinggi, hal ini dapat mendorong partisipasi dan terus berlansungnya usaha peternakan.d) Dimensi infrastruktur dan tekonolgi menunjukkan bahwa dalam usaha pengembangan sapi perah berkategori sedang yang berarti masih membutuhkan peran teknologi dan infrastruktur yang memadai sesuai dengan kebutuhan masyarakat peternak sapi perah. e) Aspek hukum dan kelembagaan indicator keberlajutan usaha sapi perah relative rendah. Keberadaan dan peran lembaga penyuluhan, perbankan dan keuangan mikro maupun keterlibatan kelompok tani sangat kurang.

 Dalam penelitian ini disarankan perlu upaya efektivitas daya dukung pakan ternak yang terkait dengan luas lahan yang kemungkinan akan mengalami pengurangan jumalh luas arealnya.Upaya peningkatan kemampuan terutama yang menyangkut dimensi teknologi sangat diperlukan.

 

Shared: