Foto : Trobos.com |
Produksi telur rata-rata di atas 60% dan mencapai 80–90% pada puncak produksi yang bertahan selama 8-10 minggu
Nama ayam kressing tidak seterkenal ayam arab, padahal merunut sejarahnya ayam kressing sebenarnya jauh lebih dulu eksis di wilayah Karangdowo yang merupakan perbatasan Kabupaten Klaten dan KabupatenSukoharjoJawa Tengah. Performa produksi ayam bergenetik gado-gado ini pun tak kalah dengan ayam arab yang bergenetik murni.
Merunut eksistensi ayam kressing ini di dunia maya, TROBOS berkenalan dengan Betha Sutrisno, peternak dan pembibit ayam kressing super/neo-kressing/ayam kressing generasi kedua. Hingga akhir September lalu, TROBOSmenyambangi peternakannya di kampung Banaran – Karangdowo.
Menurut Betha, ayam kressing murni berciri berbulu dominan putih, ekor lancur tinggi, kaki dan paruh berwarna kuning. Bobot dewasa ayam kressing betina 1 kg – 1,2 kg, sedangkan pejantan bisa mencapai 1,5 kg. Berat telur berkisar 30 – 35 gram berwarna putih tengguli (mirip telur ayam kampung).
Ayam kressing merupakan persilangan antara ayam petelur komersil strain hyline (warna bulu dan warna telur putih kapas) dengan pejantan ayam kampung. Keturunan persilangan ini dikawinkan dengan ayam kate sehingga dihasilkan ayam kressing generasi pertama. Sebagai catatan, layer(ayam petelur)komersil strain hyline diintroduksi di Indonesia pada dekade 70-an, namun tidak berkembang karena telur komersil berwarna putih tidak disukai konsumen.
Pada 2005-2007, kata Betha, popularitas ayam kressing turun karena terjadi penurunan performans akibat inbreeding (perkawinan sedarah) yang tak terkendali. “Saat itu ayam kressing mulai bertelur pada umur 6 – 7 bulan dan produksi telur rata-rata di bawah 50% dengan puncak produksi tidak sampai 60%,” terang alumni Akademi Peternakan Brahmaputera-Jogjakarta ini.
Pada 2007 itulah, Betha merasa terpanggil untuk menyelamatkan ayam kressing dengan memurnikan ayam kressing hingga muncul kembali ciri ayam kressing murni. Setelah itu, ia memasukkan genetik ayam arab untuk diambil sifat efisiensi pakan dan menurunkan munculnya probabilitas sifat mengeram. “Jadilah ayam kressing super seperti sekarang ini,” katanya bangga.
Kressing Super
Ayam kressing super/neo kressing sedikit berbeda dengan ayam kressing generasi awal yang telah mengalami penurunan kualitas genetik. Ayam kressing super memiliki warna bulu 80% cenderung putih,danvariasi 20% warna coklat, hitam, blirik, merah. Sedangkan warna telur masih sama, putih hingga putih tengguli dengan bobot 30 – 35 gramperbutir (bandingkan dengan telur ayam ras yang berkisar 50 -62 gramperbutir).
Konsumsi pakan rata-rata 70 gram/ekor/hari. Ayam ini lumayan sensitif terhadap kejutan berupa suara atau gerakan. Kejutan bisa menyebabkan ayam stres/gaduh dan jika berulang terjadi berisiko menurunkan produksi telur.
Ayam hasil pemurnian dan persilangan selama 3 tahun ini mulai bertelur pada umur 4,5 bulan atau pada minggu ke-18, dan bisa produktif hingga umur 2 tahun dihitung sejak DOC(Day Old Chick/ayam umur sehari). Sehingga ayam ini memiliki umur produktif selama 19,5 bulan. Peak productionatau puncak produksi telur dicapai pada minggu 25-35 dengan nilai HDA (Hen Day Average) 80–90% dari total populasi.
Setelah itu produksi menurun, hingga mencapai angka stabil 60%. Produksi mulai menurun dari angka 60% pada umur 18 bulan, hingga tinggal 45% pada bulan ke-24. Menurut Betha, banyak orang menyangkal ayam kressing dapat berproduksi 80–90%. Sebab menurut pengalaman ayam ini hanya bisa berproduksi 40–50%. “Memang betul begitu, tapi itu ayam kressing generasi lama, pasti bukan kressing supernya Betha,” tegasnya berapi-api.
sumber : Trobos.com edisi Desember 2011