Doktor baru peternakan. Dr.Ir.Sutawi,MP |
Agribisnis ayam pedaging mengalami kemajuan paling pesat dibandingkan agribisnis peternakan lain. Saat ini daging ayam merupakan kontributor terbesar terhadap produksi dan konsumsi daging di Indonesia. Produksi daging dalam negeri tahun 2010 sebesar 2.365.670 ton dipenuhi dari ayam pedaging 1.214.340 ton (51,33%), dan konsumsi daging sebesar 7,75 kg/kapita/tahun dipenuhi dari daging ayam sebanyak 3,80 kg (49%). Data BPS (2012) juga mencatat bahwa tahun 2004-2006 Indonesia pernah mengekspor daging ayam masing-masing sebesar 100,9 ton, 20,1 ton, dan 25 ton. Fakta tersebut membuktikan bahwa agribisnis ayam pedaging merupakan andalan dalam pemenuhan kebutuhan daging dalam negeri dan merupakan usaha yang efisien serta memiliki daya saing untuk dijadikan komoditas ekspor.
Penelitian dilakukan untuk menganalisis efisiensi dan daya saing agribisnis ayam pedaging dengan sampel 269 rekapan hasil usaha kemitraan ayam pedaging di Kabupaten Malang yang merupakan sentra produksi ayam pedaging terbesar di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010. Metode analisis yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix (PAM), sebuah matriks yang terdiri tiga kolom (penerimaan, biaya, dan keuntungan), dan tiga baris (harga pasar, harga ekonomi, dan divergensi), yang dikembangkan oleh ilmuwan Standford University bernama Eric A. Monke dan Scott R. Pearson tahun 1989. PAM dapat digunakan untuk menganalisis profitabilitas atas dasar harga pasar (efisiensi finansial) dan harga ekonomi (efisiensi ekonomi), keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan keunggulan komparatif (comparative advantage), serta dampak kebijakan pemerintah dan kinerja pasar terhadap agribisnis ayam pedaging.
Hasil analisis menunjukkan bahwa agribisnis ayam pedaging merupakan usaha yang efisien dengan profitabilitas harga pasar Rp 635,00/kg karkas dan profitabilitas harga ekonomi Rp 2.479,00/kg karkas. Profitabilitas positif berimplikasi bahwa agribisnis ayam pedaging mampu berekspansi dan dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tingkat harga pasar, agribisnis ayam pedaging memiliki keunggulan kompetitif dalam penggunaan sumberdaya domestik yang ditunjukkan oleh nilai PCR (Private Cost Ratio) sebesar 0,95, artinya untuk menghasilkan nilai tambah sebesar satu US$ diperlukan biaya sumberdaya domestik sebesar 0,95 US$. Agribisnis ayam pedaging juga memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan nilai DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) sebesar 0,82, artinya untuk menghemat devisa sebesar satu US$ diperlukan biaya sumberdaya domestik sebesar 0,82 US$. Pada perhitungan komposisi biaya diketahui bahwa biaya faktor domestik sebesar 59%, lebih besar daripada biaya input impor sebesar 41%, sehingga jika daging ayam diekspor akan menambah perolehan devisa. ***
oleh;Dr.Ir.Sutawi.MP