Fertilitas Rendah

Rabu, 20 Juni 2012 11:35 WIB

 
Fertilitas telur

Oleh : Renda Febriansyah / 09910030
Jurusan Peternakan FPP UMM

 

 

        A.      Definisi

        Fertilitas telur adalah kemampuan untuk melahirkan seekor ayam dari telur. Hal ini terutama untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan cuma buang – buang tenaga dan tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur – telur fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan.

 


B.      Faktor Penyebab Fertilitas Rendah

1.       Ketersediaan Tempat Penyimpanan (Mesin Tetas)

Karena tempat penyimpanan telur kecil, telur menjadi saling berhimpitan dan juga karena retakan yang ada maka penguapan yang terjadi tidak berjalan semestinya dan pada akhirnya juga embrio yang ada di dalamnya akan mati. (Rasyaf, 1999)

2.       Kebersihan telur

Telur yang akan ditetaskan tidak dibersihkan terlebih dahulu akan merusak selaput pertahanan alami kulit telur dari bibit penyakit. Karena kuman, bakteri, virus atau bibit penyakit yang mempunyai ukuran sangat kecil itu dapat menembus lapisan berpori pada dinding kulit telur.

3.       Suhu
Naik turunnya suhu dapat mempengaruhi daya tetas telur. Pada keadaan normal suhu harus berkisar antara 380 C – 400 C (Malik, 2008).

4.       Kelembapan

Kelembapan merupakan faktor penting untuk proses penetasan sayngnya kelembapan ini sering dilupakan bahkan tidak disadari oleh para penetas telur. Periksa kelembapan dalam incubator menggunakan hygrometer.

 

C.      C.Penanggulangan

1.  Mesin Tetas
Mesin tetas, bila akan dipergunakan harus difumigasi dulu, untuk mencegah timbulnya penyakit menular yang melalui penetasan. Bahan fumigasi yang baik dan mudah didapat serta relative murah hargnya yaitu formalin 40 % yang dicampur dengan KMn04 dengan dosis pemakaian :40 cc formalin 40 % + 20 gram KMn04 (digunakan untuk ruangan 2, 83 m3). Waktu fumigasi biasanya dilakukan selama 20 menit dengan pintu mesin tetas dalam keadaan tertutup. Kita juga bisa melakukan fumigasi setelah telur masuk ke dalam mesin tetas, tetapi tidak dilakukan pada telur – telur yang telah berada dalam mesin tetas, tetapi tidak dilakukan pada telur – telur yang telah berada dalam mesin tetas selama 24 – 96 jam, karena akan membahayakan bagi perkembangan embryo di dalamnya.

2.       Temperatur Penetasan
Temperatur penetasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting, temperatur yang tidak tepat akan menyebabkan rendahnya dat teats. Dalam mesin tetas yang udarnya digerakan oleh kipas untuk ventilasi maka temperature penetasan antar hari ke-1 sampai dengan hari ke-18 yaitu sekitar 990 F – 1010 F. Setelah hari ke-18, temparatur penetasan sebaiknya diturunkan 2 – 30 F (970 F – 990 F). Perlu dicatat bahwa temperature mesin tetas ini selama dipergunakan harus konstan. Bila terjadi fluktasi yang tinggi akan menurunkan daya tetas.

3.       Kelembaban Penetasan
Kelembaban yang baik dalam mesin tetas dari hari ke-1 sampai hari ke-18 yaitu antar 50 – 60 %, tetapi setelah hari ke-18 kelembaban tersebut sebaiknya dinaikan menjadi 75 %. Pada mesin tetas tradisional pengaturan kelembaban ini dapat diatur dengan menempatkan luas permukaan yang berbeda dari baki tempat penyimpanan air. Pada mesin tetas yang modern, pengaturan kelembaban ini sudah diatur secara otomatis.

4.       Ventilasi Mesin Tetas
Embryo memerlukan O2 dan mengeluarkan CO2 selama dalam perkembangannya. Apabila gas CO2 ini terlalu banyak maka mortalitas embryo akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telur yang rendah. Volume CO2 yang diperlukan berkisar antar 0,5 – 0,8 % ; kebutuhan O2 sekitar 21 % dan kecepatan udara didalamnya 12 cm / menit. Pada mesin tetas tradisional pengaturan ventilasi ini sangat tergantung pada alam, sedangkan pada mesin tetas modern umumnya telah diatur secara otomatis dengan alat khusus.

5.       Posisi Telur Selama Penetasan dan Pembalikan
Posisi dan pembalikan telur selama dalam penetasan sangat penting diperhatikan agar diperoleh daya tetas yang tinggi. Posis telur selama dalam penetasan, bagian tumpul hendaknya diletakkan sebelah atas. Pembalikan telur biasanya dilakukan dengan memutar 450 ke kiri atau ke kanan dengan total pemutaran 900 dan hasilnya cukup memuaskan.

 

D.      Daftar Pustaka

 http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=4&doc=4a1

 Malik, 2008. Buku Ajar Manjemen Ternak Unggas. UMM Press.

 Rasyaf, 1999. Buku Panduan Penetasan Telur. Yogyakarta.

Shared: