FPP UMM SUKSES KEMBANGKAN KRIM ANTI MASITIS

Rabu, 13 Juni 2012 09:02 WIB


MALANG - Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (FPP-UMM) tidak pernah berhenti melakukan berbagai inovasi dan penelitian yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan masyarakat secara luas.

Menurut Dekan FPP UMM, Dr.Ir. Damat, MP, salah satu hasil riset yang saat ini sedang dalam tahap persiapan komersialisasi adalah krim anti mastitis. ”Dalam upaya untuk mencegah mastitis, maka Fakultas FPP UMM telah mengembangkan krim/salep anti mastitis untuk mencegah terjadinya radang kelenjar susu (mastitis) pada sapi perah,” ungkapnya.

Krim ini merupakan hasil riset selama lebih dari lima tahun yang dilakukan Dr.drh. Lily Zalizar, MS, salah seorang dosen Peternakan yang saat ini menjabat sebagai Pembantu Dekan I. Krim tersebut mengandung bahan-bahan alami yang telah teruji secara in vitro (di laboratorium).  Mempunyai kemampuan membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab mastitis seperti Streptococcus agalactiae, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Mastitis adalah radang pada kelenjar susu, yang mempunyai dua tipe yaitu mastitis dengan gejala klinis yang jelas (mastitis klinis) dan yang gejala klinisnya tidak nampak  namun jumlah bakteri di dalam air susu lebih dari 500.000 sel/ml disebut mastitis subklinis. Mastitis subklinis inilah yang sering diabaikan oleh peternak karena tidak ada gejala yang terlihat dari luar dan akhirnya proses peradangan meluas dan bertambah parah sehingga akhirnya menjadi mastitis klinis yang mempunyai gejala antara lain pembengkakan di kelenjar susu dan air susu bisa bercampur darah.

Menurut hasil penelitian, kasus mastitis subklinis pada sapi perah  di Indonesia mencapai 95-98 persen. Hal itu menyebabkan kerugian yang besar pada peternak berupa penurunan produksi maupun kualitas susu. Bahkan apabila proses radang tersebut sudah menyebabkan terjadinya kematian jaringan (nekrosis) pada kelenjar susu maka produksi susu dapat berhenti. Hal tersebut tentu sangat merugikan peternak, oleh karena itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk mencegah terjadinya mastitis.

Penelitian juga sudah dilakukan langsung pada ternak sapi perah dan hasilnya, sapi yang telah selesai diperah susunya langsung diolesi krim ini mempunyai jumlah bakteri yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak diberi krim anti mastitis. Dengan demikian peluang untuk menjadi mastitis lebih rendah dibandingkan yang tidak diolesi krim. Hal ini karena semakin tinggi jumlah bakteri maka peluang terjadinya mastitis lebih tinggi.

Mastitis terjadi karena masuknya mikroorganisme terutama bakteri ke dalam kelenjar susu. Infeksi terutama terjadi sesaat setelah pemerahan karena pada saat itu puting susu tidak segera menutup sehingga bakteri bisa masuk. Oleh karena itu sesaat setelah di perah sebaiknya segera puting susu diberi krim anti mastitis  yang dapat menutup puting sekaligus membunuh bakteri sehingga mencegah terjadinya mastitis. Teknologi pembuatan krim anti mastitis merupakan salah kompetensi yang akan diperoleh oleh para mahasiswa yang studi di FPP UMM, khususnya yang mengambil program studi peternakan. (admin)

Source : Malang Post (Jawa Pos Group) edisi Selasa, 12 Juni 2012

Shared: