Foto : Trobos.com |
Angka pertengahan 2010, Priangan Timur mampu hasilkan 800 ribu ekor ayam jantan tiap pekannya
Sudah bukan rahasia lagi, kalau jantan layer (ayam petelur) banyak digunakan untuk mensubstitusi kebutuhan permintaan ayam kampung yang belum sepenuhnya terpenuhi. Meski menimbulkan perdebatan dan protes di kalangan peternak ayam kampung karena dituding sebagai penipuan, sejumlah besar ayam jantan mampu mengisi kekosongan sebagian kebutuhan rumah makan dan restoran akan ayam kampung.
Ayam jantan mampu “mencuri” celah ini karena karakternya yang memiliki kedekatan citarasa ayam kampung, dan kadang lebih dipilih pengusaha kuliner karena harganya yang di bawah harga ayam kampung. Pengusaha rumah makan padang misalnya, adalah salah satu pasar utama ayam jantan. Karena itu, budidaya ayam jantan tetap eksis dan bisnisnya luarbiasa.
Kawasan Priangan Timur yang meliputi Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar merupakan sentra peternak jantan layer. Dibenarkan Komar Hermawan peternak pejantan layer di Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, dari 1982 sampai sekarang peternakan unggas di Priangan Timur didominasi peternak pejantan layer.
Ia menyajikan angka, pada pertengahan 2010 Priangan Timur menyerap 8.000 boks DOC (Day Old Chicken/anak ayam sehari) per minggu (100 ekor/boks) untuk dibesarkan. “Saya saja, saat ini produksi 70.000 - 80.000 ekor per minggu dari 350 peternak dengan sistem plasma dan inti,” aku pemilik Kawali Poultry Shop ini.
Senada, Adjat Darajat, tokoh Perunggasan Priangan Timur, mengatakan, awalnya banyak jantan layer dipelihara peternak Priangan Timur untuk substitusi permintaan ayam kampung dan memanfaatkan DOC jantan layer dari breeding (pembibitan) yang merupakan limbah. Karena untuk layer, yang dicari adalah betina untuk bertelur. “Dan kala itu, saya melihat ada potensi jantan layer untuk dijadikan ayam pedaging,” jelasnya. Belakangan, kata Adjat, ayam jantan jadi ciri khas peternak unggas Priangan Timur. Budidaya ayam jantan membantu breeding memanfaatkan limbah menjadi nilai tambah. Meski siklus per tahun hanya bisa 4 – 5 periode, tidak seperti broiler (ayam pedaging) yang bisa 6 – 7 periode, budidaya ayam jantan punya kelebihan.
Komar mengatakan, kendati umur pemeliharaan sekitar 50 - 52 hari, pemeliharaan ayam jantan lebih mudah ketimbang broiler, dan lebih toleran terhadap penyakit. “Penyakit yang sering menyerang gumboro,tetapi sudah ada vaksin jadi tidak terlalu bermasalah,” ujarnya enteng.
Menyusut
Dituturkan Komar, angka produksi ayam jantan Priangan Timur yang disebutnya tadi sudah menyusut 10 % dari semula. Sebabnya, banyak peternak beralih ke broiler, serta banyak kandang rusak termakan usia. Sementara Adjat menyebut kisaran 35 – 40 % penyusutan ayam jantan di wilayahnya. Diakui Adjat, tren ayam jantan di Priangan Timur relatif menurun karena banyak peternak memilih broiler, terutama wilayah Tasikmalaya. Alasannya, pemeliharaan broiler yang lebih pendek dan kultur budaya masyarakat Tasikmalaya yang condong ke pedagang dibandingkan petani. “Perputaran lebih cepat di broiler. Hanya 30 – 32 hari sudah panen, sementara ayam jantan 50-52 hari,” ungkap peternak yang memelihara 90 % pejantan layer dan sisanya broiler.
Selain disebabkan pergeseran pilihan, penurunan ayam jantan di Priangan Timur menurut Adjat akibat tumbuhnya peternak ayam jantan di luar wilayah Priangan Timur, seperti daerah Bogor (Parung), Jawa Tengah dan Semarang.
sumber : trobos.com edisi februari 2012