Putih telur (Albumin) |
Oleh : Satriya Yudha
Peternakan UMM/09910033
A. Definisi
Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu diruang terbuka. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang nampak dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama berupa kerusakan alami (pecah atau retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika terlur masih berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran yang menempel pada kulit telur.
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6e06
B. Faktor-faktor Penyebab Putih Telur Encer
Penanganan telur bertujuan untuk memperlambat penurunan mutu dan kerusakan telur. Penyebab penurunan mutu tersebut adalah penguapan air, penguapan karbondioksida dan aktifitas mikroba. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab putih telur encer adalah:
1. Waktu penyimpanan
Telur sebaiknya jangan disimpan dalam jangka waktu yang lama, untuk mengurangi kerusakan dalam penyimpanan, memperpendek wktu produksi dan konsumsi, telur harus cepat dijual ke konsumen
2. Suhu ruang penyimpanan
Ayam petelur yang sudah memasuki telur, membutuhkan 16 jam pencahayaan untuk memlihara jumlah produksi telur optimal. Faktor pencahayaan saat masa pullet juga berhubungan erat dengan pencapaian berat, ukuran telur dan kematangan saluran reproduksi. Secara umum ayam yang mengalami kematangan seksual terlalu dini (belum cukup umur) akan memproduksi telur dengan ukuran kecil. Demikian juga sebaliknya ketika kematangan seksual terlambat, maka ayam akan memproduksi telur dengan ukuran besar (abnormal).
3. Faktor lingkungan
Beberapa kerusakan telur dapat terjadi karena aktifitas bakteri dan jamur, diantaranya adalah:
a. Green rot
Pada keadaan ini isi telur menjadi encer, kadang – kadang dijumpai warna kehijauan. Kuning telur tertutup oleh lapisan berwarna merah jambu keputih – putihan. Putih telur kadang – kadang menjadi hitam. Telur berbau busuk dan rasanya agak asam. Penyebabnya adalah bakteri dari genus Pseudomonas.
b. Red rot
Bakteri – bakteri Pseudomonas dapat pula menyebabkan pewarnaan merah pada kuning telur. Putih telurnya sendiri menjadi encer dan berwarna keabu- abuan mendekati merah.
c. Black rot
Telur menjadi berbau sangat busuk. Apabila telur dipecahkan isinya berwarna coklat kehijauan, encer, dan berair. Kuning telur berwarna hitam. Penyebabnya adalah bakteri – bakteri Aloaligenes, Escherichia dan bakteri – bakteri pemecah protein. Tumbuhnya jamur pada bagian dalam kulit telur atau selaput tipis kulit. Kemampakan jamur ini keabu – abuan atau hitam. http://www.scribd.com/doc/28738441/Penanganan-Telur
Stres dapat menyebabkan turunnya produksi telur. Stres yang biasa terjadi meliputi stres akibat perubahan cuaca/suhu (kedinginan atau kepanasan), pindah kandang, serangan parasit dan perlakuan kasar. Stres yang ditimbulkan akibat suara gaduh atau perlakuan kasar dapat menyebabkan proses pembentukan kerabang telur tidak berlangsung secara sempurna. Kedinginan adalah stress yang paling sering terjadi selama musim penghujan. Dalam kondisi ini pencahayaan berkurang dan berakibat tidak terangsangnya hormone reproduksi untuk memproduksi telur. Sebaliknya stress akibat cuaca panas, menyebabkan ayam lebih banyak minum dan mengurangi aktivitas konsumsi ransum sehingga kebutuhan nutrisi untuk pembentukan telur tidak terpenuhi. Kondisi ini dapat menyebabkan produksi telur turun, demikian pula dengan kualitasnya. Selama cuaca panas, ayam akan melakukan panting (megap – megap) sehingga mengeluarkan banyak karbondioksida (CO2). Pada pembentukan telur, CO2 diperlukan untuk membentuk kalsium karbonat (CaCO3) yang berguna untuk menyusun kerabang telur. Akibat CO2 berkurang maka kerabang akan lebih, putih telur menjadi encer, tipis, dan mudah retak. http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/penyakit/telur-dan-problematikanya
C. Penanggulangan
Berdasarkan berbagai faktor yang telah dijabarkan di atas, maka tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan produksi telur ialah :
1. Berikan ransum dengan nutrisi yang sesuai kebutuhan ayam di tiap periode pemeliharaanya terutama untuk kandungan protein, asam amino, energy, asam lemak, kalsium, fosfor dan vitamin D (karena sangat berperan pada pembentukan telur)
2. Lakukan control berat badan (BB) ketika periode starter dan grower (pullet) serta usahakan agar ayam tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus (+ 10 % dari berat badan standar)
3. Atur program pencahayaan. Telur kecil yang disebabkan karena tingkat kematangan seksual terlalu dini, biasanya sulit untuk diatasi karena organ reproduksinya sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Untuk memperoleh telur dengan ukuran yang optimal, jangan member tambahan cahaya pada ayam periode grower sebelum ayam tersebut mencapai BB 1550-1600 gram (siap berproduksi)
4. Ciptakan kondisi yang nyaman selama masa pemeliharaan. Sediakan air minum dan tempat minum dalam jumlah yang cukup, buka tirai lebar – lebar, pasang kipas angin, ganti sekam yang basah, dan lakukan penyemprotan kandang dengan menggunakan desinfektan seperti Antisep atau Neo Antisep. Selain itu juga harus menghindarkan dan meminimalkan faktor penyebab stress pada ayam seperti cuaca panas atau suara gaduh. Jika perlu, ayam dipuasakan makan 1-2 jam selama cuaca panas pada siang hari untuk mengurangi panas yang dikeluarkan oleh tubuhnya.
D. Daftar Pustaka
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6e06
http://www.scribd.com/doc/28738441/Penanganan-Telur
http://info.nedion.co.id/index.php/artikel/layer/penyakit/telur-dan-problematikanya