Scabies atau kudis adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada kambing yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang menyebabkan dermatitis gatal yang parah. Scabies menyebar dengan mudah melalui kontak langsung, dan bahan-bahan yang ada di kandang seperti pagar, tempat pakan, dan bahan lain yang terkontaminasi bertindak sebagai carrier (Blood et al., 1986). Penyakit ini menimbulkan kerugian akibat penurunan berat badan (Manurung dkk., 1992), penurunan produksi daging, kualitas kulit dan gangguan kesehatan masyarakat (Iskandar, 2000) dan penurunan harga jual kambing sampai 1/3 harga normal (Manurung 1991). Bahkan Manurung dkk (1986) menyebutkan bahwa kambing scabies yang tidak diobati bisa mengalami kematian dalam tiga bulan. Selain kerugian ekonomis tersebut, penyakit ini juga sangat merugikan karena bersifat zoonosis yaitu penyakit ternak yang mampu menyerang manusia (Blood et al., 1986).
Obat standar untuk pengobatan scabies seperti Ivermectin injeksi (Amstutz et al., 1986).Obat-obatan lain yang dianjurkan Direktorat Kesehatan Hewan antara lain caumaphos, benzilikus, dan diazinon. Namun obat-obat tersebut jarang digunakan langsung oleh peternak karena cara pemberian yang sulit dilakukan oleh peternak jadi perlu bantuan dokter hewan untuk melakukannya. Terkadang peternak terbentur oleh biaya dan ada tidaknya dokter hewan di daerah terdekat. Padahal penanggulangan kudis memerlukan pengobatan yang berulang. Obat Alternatif lain adalah bahan-bahan seperti campuran oli atau vaselin – belerang dan campuran oli – cuka serta bawang merah mempunyai efektifitas menyembuhkan scabies .
Berikut hasil penelitian pengobatan korengan pada kambing menggunakan bahan tradisional antara lain campuran obat-obatan alternatif seperti oli, belerang, vaselin, cuka dan bawang merah tersebut efektif, praktis serta ekonomis untuk mengobati penyakit scabies pada kambing. Penelitian dilakukan di Desa Sukaraja, Lombok Timur dengan hasil sebagai berikut: Download Disini
Analisa Teknis
Campuran oli, cuka dan bawang merah mampu membunuh tungau Sarcoptes karena berkaitan dengan pola daur hidup tungau ini. Tungau betina Sarcoptes hidup dengan membuat lubang-lubang dangkal pada lapisan tanduk dari kulit untuk melerakkan telur. Telur tersebut akan menetas menjadi larva yang selanjutnya menjadi nimfa. Larva dan nimfa ini bisa tetap berada di dalam lubang atau keluar ke permukaan kulit. Proses pengelupasan kulit normal juga menyebabkan lubang tungau terekspos. Larva dan nimfa yang ada di dalam lubang tungau ataupun yang ada di permukaan kulit potensial untuk menyebarkan scabies ke hewan lain melalui kontak langsung (Blood et al, 1986). Pemberian campuran oli secara merata pada kulit yang terserang scabies menyebabkan lubang-lubang tungau tertutup yang juga menutup jalur oksigen. Akibatnya tungau, larva maupun nimfa yang ada di dalam tungau mayi kekurangan oksigen. Adapun bawang merah mengandung sulfur (www.asiamaya.com, 2007) yang menurut Amstutz et al (1986), sulfur merupakan salah satu unsur yang efektif untuk mengobati scabies.
Analisis Ekonomi
Perbandingan analisis ekonomi antara penggunaan ivermectin dan bahan-bahan tradisional untuk pengobatan scabies dilakukan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan pada ketiga kelompok perlakuan terlihat bahwa perlakuan I mulai menunjukkan kesembuhan pada minggu ke-3 dan dari wawancara petani, mereka menghentikan pengobatan ketika tanda kesembuhan seperti keringnya keropeng dan mulai tumbuh bulu di bekas keropeng mulai tampak. Sementara pada kelompok II dan III tanda kesembuhan bahkan beberapa kambing sudah tertutup bulu pada minggu ke-6 perlakuan.
Perbandingan biaya pengobatan pada semua kelompok untuk menuju kesembuhan adalah sebagai berikut:
1. Kelompok I = 3 minggu x Rp. 6.270 = Rp. 18.810.
2. Kelompok II = 6 minggu x Rp. 1420 = Rp. 8.520.
3. Kelompok III = 6 minggu x Rp. 1.332 = Rp. 7.992.
4. Kelompok IV = 2 x Rp. 15.000 – Rp. 20.000 = Rp. 30.000 – Rp. 40.000 dalam waktu 3 minggu.
Dari perbandingan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan, tampak bahwa penggunaan bahan-bahan alternative tidak kalah dengan penggunaan obat standar (ivermectin) untuk pengobatan scabies. Kelompok II dan III menunjukkan waktu dua kali lipat untuk mencapai kesembuhan dibandingkan kelompok IV namun dari perbandingan biaya penggunaan bahan II dan III masih merupakan pilihan yang lebih menguntungkan bagi petani terutama petani dengan ekonomi lemah.
Preventive Perbaikan manajemen pemeliharaan
Selain dengan pengobatan, tingkat kerugian ekonomi akibat serangan penyakit scabies ini dapat di tekan dengan perbaikan manajemen pemeliharaan ternak antara lain:
1. Memisahkan dan mengobati kambing yang sakit.
2. Mencegah kontak antara kambing yang sakit dengan kambing yang sehat.
3. Menghindari kontak antara hewan yang baru datang atau milik orang lain yang belum diperiksa kesehatannya.
4. Menjaga kandang tetap bersih dan kering karena penyebab penyakit scabies sangat menyukai tempat yang lembab dan gelap.
5. Memberikan ternak pakan yang bergizi tinggi seperti daun turi dan daun lamtoro karena ternak yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai penyakit.
6. Bentuk kandang sebaiknya berpanggung sehingga kotoran lebih mudah dibersihkan dan tidak mencemari pakan.
KESIMPULAN
Pengobatan scabies menggunakan ivermectin injeksi terbukti lebih cepat memberikan kesembuhan pada kasus scabies dibandingkan menggunakan obat-obatan alternatif. Namun obat-obatan alternatif juga memberikan efek positif terhadap kesembuhan. Diantara beberapa pengobatan alternatif, campuran bawang merah, oli dan cuka terbukti paling efektif untuk mengobati scabies diikuti dengan campuran oli belerang dan vaselin belerang. Perbaikan sanitasi kandang juga telah dirasakan manfaatnya oleh petani untuk mengurangi munculnya berbagai penyakit lainnya.
Oleh. Drh. Nurul hilmiati, MVS.
BPTP – NTB (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)
Mahasiswa S3 pada the University of Queensland, Australia
Semoga Bermanfaat
Sumber :
http://www.sasak.org/univ-ks/52-pertanian/517-penanggulangan-penyakit-korengan-pada-kambing.html
http://kambingonline.net/tips-penanggulangan-penyakit-korengan-pada-kambing/